Senin, 30 Agustus 2010

TANDAI HALAMAN DI BUKUMU

Saya masih sangat tertarik dengan cara Guy Kawasaki menandai salinan bukunya, 'Founders at Work: Stories of Startups Early Days', dengan sticker penanda buku, seperti yang ia bicarakan di blog nya.

Menurut Guy Kawasaki, dia telah memegang rekor “buku dengan banyak sticker penanda buku”.


Di sistemnya, seperti yang telah ia jelaskan, dan diperlihatkan pada foto di blog nya, bahwa penanda buku yang ada dibagian atas adalah ide-ide untuk buku berikutnya, dan yang ada disamping adalah ide-ide untuk blog nya”.


Beberapa bulan belakangan ini, saya juga mulai menggunakan system yang berbeda untuk penandaan halaman buku dengan sticker kode warna.


- Sticker warna merah untuk setiap konsep baru atau gagasan baru yang diperkenalkan buku ini;
- Sticker warna biru untuk kutipan yang menarik atau memberikan inspirasi, yang bisa saya gunakan didalam blog saya;
- Sticker warna hijau untuk ilustrasi atau anekdot yang berguna, yang bisa saya gunakan di workshop saya;
- Sticker warna kuning untuk games baru atau latihan atau percobaan, yang bisa saya gunakan atau adaptasi di workshop saya;

Dengan adanya penandaan melengkapi penjelasan marginal yang ada dibuku, seperti yang sudah saya jelaskan di postingan sebelumnya.


Bagi saya, penjelasan marginal dan penandaan sering membantu pembaca untuk memperoleh informasi yang ia butuhkan dengan cepat.




By Lee Say Keng, KNOWLEDGE ADVENTURER & TECHNOLOGY EXPLORER
Optimum Performance Technologies
Translated by SUPER BRAIN INDONESIA

Kamis, 26 Agustus 2010

MEMBACA YANG BERGUNA, BERMAKNA DAN PRODUKTIF

Ketika saya membaca sebuah buku atau majalah atau sekedar dari internet, saya selalu membaca dengan sebuah tujuan. Dengan kata lain, apa yang saya cari dan say abaca adalah yang saya butuhkan.

Biasanya, saya tidak menyelesaikan membaca keseluruhan buku, terutama untuk buku non-fiksi.


Lagipula, kebanyakan bacaan saya adalah non-fiksi. Saya membaca hanya beberapa bab pilihan yang dapat menjawab aplikasi utama saya.


Tentu saja, sebelum saya membaca sebuah buku, saya sering membolak balik halaman buku, karena saya terlatih sebagai seorang Photo Reader.


Sebelum itu, saya pasti akan melihat daftar isi, kata pengantar, ringkasan akhir dan bibliografi untuk menentukan apakah buku ini berguna untuk saya.


Ketika saya membaca sebuah buku, saya selalu membawa spidol orange saya. Ditambah post-it dan penanda halaman. Penggaris saya juga selalu siap sedia.


Tujuan dari marker adalah untuk membimbing bola mata saya untuk tetap dijalur,serta untuk menghindari gangguan.


Sebagai seorang pembaca cepat, saya sering memotong untuk mengejar sangat cepat melalui penekanan ke bagian dimana saya dapat menemukan apa yang saya butuhkan.


Saya sering membuat catatan dipinggir buku atau penjelasan, dalam bentuk Q2A, P2P, N2R, A2C, & T2D, yang pernah saya bicarakan dipostingan sebelumnya. Terkadang, tergantung pada minat saya atau suasana hati, bila ada yang penting akan saya tandai dengan penggaris saya.


Dari waktu ke waktu, saya menyoroti beberapa bagian tertentu atau hanya menggambar dua garis vertical/mengarisbawahi paragraf tertentu yang menarik bagi saya.


Kadang, saya mungkin membuat sketsa seperti nota otak, diagaram dll, pada halaman buku, dimana terdapat ruang putih besar atau tempat untuk menulis catatan.


Penanda halaman sering saya gunakan untuk menandai halaman dimana saya perlu kembali lagi nantinya.


Tergantung dari minat atau susasana hati pada saat itu, saya mungkin akan memindahkan semua catatan saya yang ada dibuku kedalam sebuah peta yang besar. Saya kemudian akan menggunakan peta tersebut sebagai batu loncatan untuk berpikir lebih lanjut dan refleksi. Saya akan menggunakannya untuk mengeksplor lebih jauh kemana hal tersebut akan membawa saya pergi.


Terkadang, hal tersebut akan membawa saya untuk mengekspor lebih lanjut di internet, atau men-cek dibuku lain yang memiliki jenis yang sama.


Selama bertahun-tahun, saya telah menemukan bahwa latihan eksplorasi merupakan aspek yang paling berarti dan produktif bagi kegiatan membaca saya.


Karena itu saya senang membaca bibliografi penulis pada akhir buku. Saya sering menggunakannya sebagai batu loncatan untuk mendapat informasi lebih banyak lagi tentang buku yang sudah saya baca.


Edward de bono
merupakan salah satu orang yang tidak suka berbagi bibliografinya dengan pembaca.

Setelah membaca, saya sering membuat sebuah ringkasan dari ide-ide kunci dan berdiskusi tentang apa yang sudah say abaca dengan rekan atau teman saya.


Teman gym saya berbagi beberapa dari bacaan saya, terutama di area kesehatan, brain fitness, nutrisi dan umur panjang.


Kami sering berdiskusi bersama, ketika sedang di gym atau di coffee shop dekat rumah atau hanya bermalas-malasan dirumahnya.


Saya sangat menikmati waktu diskusi, karena mereka sering membantu saya untuk berpikir, mengingat dan membedah atau menjelajahi konsep lebih lanjut.


Seperti kata pepatah, berbagi pengetahuan adalah kekuatan yang sangat besar. Masing-masing dari kita mungkin datang dengan sebuah ide, tapi kita meninggalakannya dengan banyak ide.


Bagi saya dan sejak saya juga seorang konsultan strategi dan success coach, saya rasa banyak pembicaraan intelektual dan/atau sintesis yang berhubungan dengan pekerjaan saya. Juga dalam kehidupan saya.


Saya seorang penulis resensi buku di amazon.com dan berbagi pengalaman lebih memberikan kontribusi terhadap rangsangan intelektual saya sendiri.


Menulis di weblog pribadi saya menambah rangsangan intelektual.


Saya sepenuhnya setuju dengan para ahli: pengetahuan diukur dengan apa yang akan anda lakukan dengan apa yang anda ketahui.


Semua latihan intelektual ini berhasil membuat hari saya menjadi lebih baik lagi: saya menikmati membaca yang berguna, bermakna dan produktif.



By Lee Say Keng, KNOWLEDGE ADVENTURER & TECHNOLOGY EXPLORER
Optimum Performance Technologies
Translated by SUPER BRAIN INDONESIA

Rabu, 11 Agustus 2010

CARA PALING MURAH DAN AMPUH UNTUK MEREGANGKAN PIKIRAN ANDA

Dalam buku klasiknya, 'Paradigms: Business of Discovering the Future', yang telah saya baca pada akhir delapan puluhan, corporate strategist/futurist Joel Arthur Barker menulis dalam penutupnya:
"Cara paling murah dan terampuh untuk meregangkan paradigma anda dan meningkatkan ketrampilan strategi eksplorasi anda adalah dengan membaca."

Sejak saat itu, saya tidak pernah melupakan kutipan menarik ini dan saya selalu menggunakannya untuk menginspirasi niat saya membaca.

Saya juga mengingat kutipan menarik lainnya dari seorang ilmuwan besar, Albert Einstein:
"Seseorang yang membaca terlalu banyak dan menggunakan otaknya terlalu sedikit akan menjadi kebiasaan malas berpikir."

Bagi saya, ini menjelaskan mengapa saya melakukan membaca sebagai proses berpikir, bukan proses mengeluarkan fakta.

Hal ini menjadi jelas, ketika saya membaca, saya membaca secara aktif.

Saya selalu menyelidiki tentang penulis bukunya untuk mencari pemahaman yang lebih baik lagi dari apa yang ia bicarakan di bukunya.

Saya selalu merespon penulis dengan mengajukan serangkain pertanyaan, menggunakan: 'apa?', 'siapa?', 'dimana?', 'kapan?', 'yang mana?', 'mengapa?', 'bagaimana?', 'sejauh mana?', 'seberapa sering?', ' bagaimana bisa? dll.

Jika ada beberapa bagian judul dalam halaman-halaman buku, saya sering ingin mengubahnya, pertama-tama dalam bentuk pertanyaan untuk membantu membimbing eksplorasi bacaan saya

Dengan rumusan pertanyaan yang ada dipikiran saya, saya dapat pergi-mencari dengan kecepatan tinggi dengan menempatkan pikiran saya ke model pencarian otomatis-jawaban yang tepat untuk pertanyaan saya.

Bayangkan saja rudal Tomahawk mencari sasaran setelah diprogram atau tim angkatan laut Amerika beroperasi dan menavigasi di wilayah musuh!

Menurut ilmu pengetahuan hal ini dinamakan Reticular Activating System (RAS)

[RAS adalah mekanisme alami yang menentukan tujuan dan pencarian didalam kepala kita, disamping untuk melayani fungsi penting lainnya, seperti menahan informasi yang berlebihan.]

Dengan bantuan penanda favorit saya yang berwarna orange- saya sering membuat penjelasan dan catatan pribadi diujung buku yang saya baca dan juga menandai kata-kata kunci.

Saya sering menyamakan kegiatan ini dengan memiliki hubungan intelektual dengan penulis.

Biasanya, sebelum saya membaca sebuah buku, saya selalu melakukan scan atau baca sepintas dengan cepat. Hal ini membatu saya untuk membaca dengan mudah karena saya hanya membaca apa yang saya butuhkan.

Oleh karena itu, dengan melakukan survey sebelum membaca, saya tahu harus membaca dari mana buku tersebut. Dengan kata lain, saya telah melakukan hukum Pareto untuk bekerja.

Secara umum, saya melakukan pendekatan membaca sebagai sebuah latihan yang bagus – untuk mencari informasi-informasi kunci.

Selama membaca, saya juga mendengarkan insting saya.

'Apa artinya ini bagi saya?', 'apa hubungannya dengan pekerjaan saya atau hidup saya?', 'apa yang kurang disini?' 'dimana yang kurang dari apa yang sudah saya ketahui?', 'kemana hal ini mengarah?', 'mengapa penulis berbicara seperti ini atau seperti itu?', 'bagian mana yang lebih berguna bagi saya?', 'apakah ini benar?', 'apa yang bisa saya pelajari?'.

Lebih penting lagi, bagaimana mengaplikasikan apa yang telah saya baca?

Membaca adalah sesuatu hal, dimana anda berpikir dalam hal ini, tetapi mengadaptasi dan mengaplikasi dalam kehidupan anda sendiri dari membaca dan berpikir sangat jauh lebih penting, khususnya ketika anda ingin mendaptkan hasil yang luar biasa dalam hidup anda.

Hasil investasi dari membaca berasal dari aplikasi pribadi. Kemudian, anda akan tahu apakah berhasil atau tidak.

Bahkan pengadaptasian dan pengaplikasian perlu dipikirkan juga untuk perencanannya, karena kebutuhan untuk informasi-informasi yang tepat bertemu dengan beberapa harapan, tujuan, keadaan dan/atau kepentingan.

Aplikasi pribadi kadang membutuhkan pendekatan trial dan eror. Juga, membutuhkan waktu dan juga upaya keras dari seseorang

Hal ini juga memerlukan inovasi-menemukan cara-cara baru untuk menggunakan informasi dari buku tersebut.

Pada saat ini, saya ingin menunjukan bahwa saya seringkali mengambil dan menyalin catatan margin saya untuk pertimbangan lebih lanjut sebelum melaksanakannya.

Kadang, saya juga mentransfernya kedalam peta ide menggunakan Mind Manager Pro or SmartDraw, tergantung dari sifat dan kompleksitas dari subjeknya.

Sebuah peta ide, diilustrasikan untuk tujuan saya, memungkinkan saya untuk melihat gambaran besar dengan sekali lihat. Entah bagaimana hal ini memudahkan dan mempercepat eksplorasi saya apa yang selanjutnya?', hal ini mengarah kemana?', 'jalan mana yang terbuka atau tertutup untuk saya?' 'apa lagi yang harus dipikirkan?'.

Dengan peta ide, anda juga dapat mengeksplor lebih dalam lagi dengan pertanyaan seperti 'apa yang positive disini?', 'apa yang negative disini?', 'apa yang menarik disini?', terutama ketika anda butuh melakukan bedah buku, seperti apa yang saya lakukan untuk Amazon dan di weblog saya.

Coba pikirkan hal tersebut, pertanyaan adalah pemicu yang yang sangat kuat. Katakanlah reaksi anda terhadap sesuatu dari buku tersebut adalah 'terus kenapa?'. Semacam respon sinis. Kebanyakan orang mungkin akan hanya berhenti disini untuk selamanya.

Anda jangan berhenti sampai disitu, tapi melangkah lebih jauh lagi dengan menanyakan 'apa yang selanjutnya?', 'apa yang baik dan baru untuk saya?', 'Bagaimana jika saya melakukan ini atau itu?'. Dengan kata lain, anda menaruh pikiran anda kedalam model berpikir. Jadi, 'respon pasif' anda akan berubah menjadi 'respon aktif'.

Pertanyaan sebenarnya menantang bagi pikiran anda.

Dari pengalaman pribadi saya, pertanyaan selalu membawa anda ke tempat yang tepat untuk anda membaca. Dan pada akhirnya membawa anda untuk menemukan jawaban yang paling penting dalam hidup anda.

Kadang, dalam proses membaca banyak hal, anda mungkin menemukan beberapa hal yang bisa menantang keyakinan dan/ atau asumsi seseorang. Atau bertentangan dengan cara biasa seseorang dalam memandang dunia.

Sebagai contoh, saya pernah membaca, untuk pertama kalinya, dari ahli kesehatan dan kebugaran, tentang tiga otak inherent didalam tubuh kita, hal ini dikonfigurasi Dr Paul Maclean.

Ia mengatakan bahwa satu otak kita ada dikepala kita; lalu satu lagi di hati kita, dan otak yang terakhir ada diperut kita-dimana mengontrol insting kita.

Hal ini cukup membuat saya tenggelam dalam pikiran saya untuk beberapa saat. Sepertinya hal tersebut juga masuk akal.

Pada kesempatan lain, dan untuk pertama kalinya juga, saya membaca tentang 'Theory of Dissipative Structures' dari pemenang Nobel Ilya Prigogine, terutama analogi apt untuk fungsi otak, hal tersebut membuat saya gila. Saya hanya berhasil memahaminya dengan lebih baik lagi setelah beberapa saat.

Dari perspektif pribadi saya, kontradiksi dan pertentangan akan selalu memicu pikiran kita ke cognitive dissonance. Tetapi banyak ahli berpendapat bahwa, jika kita dapat merangkul cognitive dissonance dan/atau menggunakannya sebagai tuas yang kuat untuk mendorong diri kita ke zona pereganggan dan keluar dari zona kenyamanan, kita dapat berfungsi secara lebih efektif dan fleksibel.

Management guru Margaret Wheatley pernah mengatakan bahwa, mengetahui – dan berpikir tentang - informasi yang tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui atau percayai sering membantu kita menjadi lebih hidup dan beradaptasi dengan perubahan.

Untuk memahami postingan ini dan membuat anda mendapat sesuatu yang bermanfaat dari yang anda baca, pikirkan beberapa kata kunci berikut ini:

- Survey;

- Respon;

- Prospek;

- Menambahkan keterangan;

- Pertanyaan;

- Dengarkan;

- Berpikir;

- Aplikasi;

- Adaptasi;

- Inovatif;

- Memimpin/menuntun;



By Lee Say Keng, KNOWLEDGE ADVENTURER & TECHNOLOGY EXPLORER
Optimum Performance Technologies
Translated by SUPER BRAIN INDONESIA