Senin, 25 Januari 2010

THE ART OF SEEING OPPORTUNITIES


SENI UNTUK MELIHAT PELUANG
By Lee Say Keng, Knowledge Adventurer & Technology Explorer Optimum Performance Technologies
Translated by SUPER BRAIN INDONESIA

“Kesempatan hanya datang sekali saja.”
“Raihlah kesempatan itu begitu kamu bisa.”
“Jangan pernah melewatkan kesempatan tersebut.”
“Kesempatan selalu datang dan pergi”
“Ambillah kesempatan secepatnya”
"Carpe Diem!" (Seize the Day!)

Saya yakin para pembaca pasti pernah menemui – dan memiliki pengalaman- dengan salah satu atau lebih pepatah mengenai peluang di beberapa poin hidup anda.

Sebenarnya apa itu peluang? Dari mana datangnya peluang atau bagaimana kita menemukan peluang?

Sebelum saya menjelaskan, saya akan berbagi sedikit cerita dengan para pembaca, yang diceritakan oleh sales manager saya sekitar 30 tahun lalu, ketika saya masih menjadi seorang sales engineer yang menjanjikan:

Sebuah pabrik sepatu mengirimkan dua salesmen ke Afrika, masing-masing pergi ke tempat yang berbeda, untuk mengeksploraso peluang pasar. Ketika para salesmen itu tiba, mereka menemukan sesuatu hal yakni semua orang berkeliling dengan bertelanjang kaki. Salesmen yang pertama mengirimkan surat fax kepada bosnya:


“DENGAN MENYESAL SAYA KATAKAN BAHWA DISINI TIDAK ADA PELUANG. TIDAK ADA SEORANGPUN YANG MENGGUNAKAN SEPATU DISINI. SAYA AKAN SEGERA PULANG.”

Salesmen yang lain juga mengirimkan surat kepada bosnya, tetapi ini yang ia tuliskan:


“INI PELUANG YANG SANGAT BESAR. TIDAK ADA SEORANGPUN YANG MENGGUNAKAN SEPATU DISINI. SEGERA SIAPKAN SEPULUH RIBU PASANG SEPATU. SAYA AKAN TINGGAL DISINI UNTUK SEMENTARA.”

Siapa diantara dua salesmen tersebut yang lebih sukses? Kenapa? Salesmen yang kedua akan lebih sukses karena dia dapat melihat sebuah peluang. Pengusaha yang sukses dapat melihat peluang. Begitu juga dengan orang-orang sukses lainnya, termasuk para pelajar.

Jadi, apa itu peluang? Bagi seorang sales, seperti cerita diatas, sebuah peluang adalah suatu situasi dimana dia dapat menawarkan produk atau jasanya. Bagi seorang pelajar, sebuah kesempatan untuk pergi ke Silicon Valley untuk magang, atau dapat bergabung dengan sebuah universitas unggulan, atau mungkin saja mendapatkan kesepakatan menarik menjadi karyawan di sebuah perusahaan ternama sebelum lulus kuliah. Bagi yang lain, hal ini mungkin saja sebuah situasi yang baik untuk memulai bisnis yang baru, atau saat yang tepat untuk mengembangkan karir.

Kapan situasi seperti ini akan muncul? Ini adalah pertanyaan yang cukup menarik. Situasi tersebut sangat tergantung dari anda, apakah anda mulai memperhatikan sekitar anda, dan apakah anda memilih untuk melihat situasi yang muncul.

Saya akan menunjukan sebuah percobaan sederhana dengan para pembaca. Apa yang anda lihat ketika anda membaca hal berikut ini?


2 + 3 = 5
4 + 3 = 7
3 + 3 = 8
9 - 5 = 4
10 - 3 = 7

Apa yang anda lihat? 3 ditambah 3 bukan sama dengan 8? Selamat! anda telah melihatnya, sepertinya 99% orang akan melakukan hal yang sama, ketika melihat bahwa salah satu penjumlahan itu salah. Lalu apa masalahnya? Apakah saya meminta Anda untuk mencari kekurangan dari contoh diatas? Tidak, jelas tidak. Apakah ada jawaban lain yang bisa anda berikan?

Dari sudut pandang saya, saya juga dapat melihat:

- angka-angkanya, tiga dari soal diatas adalah penjumlahan dan dua diantaranya adalah pengurangan.
- semua angka diatas kurang dari 10;
- angka 3 digunakan lima kali;
- angka 2 digunakan sekali;
- angka 4 digunakan dua kali;
- angka 7 digunakan dua kali;
- angka 8, 9 dan 10 digunakan sekali;
- empat kali penjumlahan benar dan satu yang salah
- terdapat empat angka genap (2, 4, 8, 10) dan empat angka ganjil (3, 5, 7, 9);
- terdapat tiga tanda tambah (+), dua tanda kurang (-), dan lima tanda sama dengan (=);

Apa yang ingin saya tunjukan? Semua pembaca dapat melihat hal yang sama. Anda diberikan data yang sama pada percobaan diatas. Jika anda hanya melihat “aspek yang negatif”, ini akan secara otomatis menjadi titik fokus anda. Jika ada pembaca lain yang memilih untuk melihat baik “aspek negatif” juga “aspek positif dan/atau aspek yang menarik”, seperti yang saya ilustrasikan diatas, maka, anda memiliki banyak peluang dibanding yang lainnya.

Dengan kata lain, peluang selalu ada disekitar anda. Semua orang selalu dikelilingi oleh peluang yang sama, tetapi hanya sedikit orang yang mampu melihatnya, dan hal tersebut dapat dilihat bila mereka mencarinya. Alasan mengapa banyak peluang yang terlewatkan oleh kita karena satu persepsi: kita tidak dapat melihat peluang ini untuk apa. Sebuah peluang ada hanya bila kita mau melihatnya.

Ingatlah peluang tidak pernah hilang, mereka dapat dilihat – dan diambil – oleh orang lain!

Pikirkanlah tentang kisah sepatu diatas. Kedua salesmen tersebut berada pada situasi yang sama di Afrika. Dengan kata lain, mereka memiliki data yang sama. Kesempatan telah menanti mereka berdua, tetapi hanya salesmen yang kedua yang dapat melihatnya – dan mengambil – peluang tersebut.

Melihat dari pepatah mengenai peluang seperti yang ada diawal artikel ini, saya dengan berani mengatakan bahwa semua peluang diluar sana datang didalam pengaruh kita.

Jadi, mulai sekarang, saya akan menyarankan bahwa, kapanpun kamu melihat dunia sekitarmu


– baik orang, tempat, benda, peristiwa, kejadian, ide, dll. – Tanyakan pada diri anda sendiri dua pertanyaan penting:

Apa yang saya PILIH untuk saya LIHAT?

Kemana saya harus LANGSUNG ARAHKAN PERHATIAN?

Saya tidak dapat mengingat siapa yang mengatakan ini, tapi bunyinya seperti ini:

“ Dijalan menuju kesuksesan, selalu terlihat huruf O yang besar. Beberapa melihatnya sebagai HAMBATAN (OBSTACLES), dan yang lainnya melihat sebagai PELUANG (OPPORTUNITIES).”

Hambatan sering kita temui pada hal-hal atau kejadian atau bahkan pada orang-orang yang kita temui setiap hari dalam kehidupan kita. Bagaimana cara kita menghadapinya akan menentukan kesuksesan hidup kita. Jika kita berpikir kita sebagai korban, dan melihat itu semua sebagai hambatan, maka hal tersebut akan menghambat kemajuan hidup kita. Ini akan terlihat seperti dunia ini sangat tidak adil terhadap kita dan kita akan mudah cepat menyerah. Sebagai ilustrasi pada poin ini: awal tahun ini, media local di Singapore Straits Times melaporkan bahwa seorang murid sekolah dasar gagal pada ujiannya. Dia tidak sanggup menghadapi orangtuanya dan memutuskan untuk bunuh diri.

Sekarang, jika kita melihat hambatan sebagai sebuah peluang, ide-ide menarik akan segera terbuka untuk kita agar kita dapat melewati hambatan tersebut. Segera setelah kita mengubah pandangan tersebut pikiran kita akan secara otomatis berubah, dan alam akan membantu untuk menyelesaikan misi kita. Dikedua kasus tersebut, kita memiliki kesamaan kecerdasan dan sumber daya. Straits Times baru-baru ini juga melaporkan tentang seorang pria yang gagal pada ujian PSLE sewaktu dia kecil, tetapi kemudian menjadi sukses dengan melewati rute yang panjang.

Perbedaannya adalah, dalam kasus yang saya sebut sebagai “pola pikir peluang”, kita menggunakan semua kecerdasan dan sumber daya kita untuk mencari solusi pada permasalahan kita . Didalam ‘pola pikir hambatan’, kita mulai focus pada alasan-alasan mengapa kita gagal dan kemudian membuat kita mudah menyerah.

Untuk lebih singkatnya, sebuah ‘pola pikir peluang’ adalah pemahaman bahwa seringkali, persepsi adalah realita. Ini berarti bahwa suatu pengalaman itu sendiri bisa baik atau buruk – itu tergantung apa dan bagaimana anda melihat pengalaman tersebut.

Sangat menarik untuk dilihat bahwa bahasa Cina untuk KRISIS terdiri dari dua karakter, pertama mewakili BAHAYA, dan yang satu lagi mewakili PELUANG.

Lihatlah pada hidup anda sendiri, dan refleksikan:

- Hambatan apa yang sering menahan anda?
- Bagaimana anda mengubah setiap hambatan tersebut menjadi PELUANG?
- Buatlah 10 cara bagaimana anda mengubah setiap hambatan tersebut menjadi PELUANG?

Hal itu telah membuktikan bahwa kekuatan pikiran kita sangatlah kuat, jadi mengapa kita tidak menanamkan ‘pola pikir peluang’. Berikut ini adalah beberapa strategi dan tehnik yang berguna untuk anda:

Tetaplah waspada dan aktifkan semua indra anda, khususnya indra penglihatan anda: ini sebenarnya peringatan kecil dari ilmu pengetahuan sewaktu di sekolah dasar;

Cari tahu apa yang terjadi di dunia sekitar anda dan cobalah untuk melihat dari berbagai sudut pandang;

perhatikan setiap pola yang anda lihat: salah satu cara untuk mengetahui dengan pasti bahwa ekonomi Singapura sedang tidak baik adalah dengan mengamatinya, jika anda bepergian ke Benjamin Sheares Bridge, lihatlah pola mobil container yang ada di pelabuhan – semuanya berdiri seperti jerapah yang mencuatkan lehernya keluar;

Mencari hal-hal baru atau cara baru untuk melakukan sesuatu: seorang pengusaha Singapura, George Kwek, bersama dengan istrinya, seorang ahli pembuat roti, mencoba ribuan cara untuk membuat roti yang menarik, dan toko roti BreadTalk mulai menjadi pembicaraan di kota, dimana banyak sekali orang yang mengantri untuk mencicipi kelezatan roti tersebut;

Ajukan pertanyaan yang diluar batas kewajaran atau kreatif: seorang karyawan di kebun binatang Singapura yang suka bercanda, mengajukan sebuah pertanyaan sewaktu mereka bertukar pikiran: mengapa kita tidak membuka kebun binatang pada malam hari. Kemudian lahirlah Safari malam hari – yang pertama di dunia;

Keluarkan berbagai macam pilihan sebanyak yang anda bisa: diceritakan bahwa Thomas Edison melalui beberapa puluh ribu percobaan sebelum akhirnya ia berhasil menciptakan bola lampu yang terang di dunia.

Teruslah bertanya pada diri anda sendiri bagaimana situasinya akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda: saya pernah membaca kisah di BusinessWeek dan majalah Fortune bahwa beberapa rapat perusahaan melibatkan anak-anak dan remaja untuk membantu mereka dan bertukar pikiran mengenai selera konsumen;

Bacalah buku sebanyak-banyaknya: R Buckminster Fuller, pencipta geodesic dome, mengakui penemuannya karena terinspirasi dari sebuah gambar yang ada di majalah Nature, dimana dalam majalah tersebut terdapat sebuah gambar mata seekor lalat;


Wujudkan lebih sering lagi apa yang suka anda lakukan: sejak muda, saya suka sekali membaca dan membaca sudah menjadi bagian dari hidup saya. Sekitar dua belas tahun lalu, saya mewujudkannya dan meninggalkan pekerjaan saya untuk membuka toko buku, yang diberi nama The Brain resource, dan masih saya lakukan sampai sekarang.